BloggerTapin
ALAT kontrasepsi. Pengaman. "Sarung". "Konde" yang berbentuk tipis seperti balon. Apapun Anda menyebutnya, kondom memainkan peran yang membantu 'menjaga' hubungan Anda dan pasangan. Tapi, apakah Anda pernah bertanya dari mana asal usul kondom? dan bagaimana perjalanan kondom sampai sekarang?
Di pertengahan tahun 1500, sifilis atau raja singa menyebar ke seluruh Eropa. Gabriello Fallopi, seorang dokter dari Italia yang hidup saat itu lalu menciptakan sebuah sarung linen berukuran pas (fit) yang digunakan untuk membungkus penis dan utamanya untuk menangkal serangan sifilis. Gabrielle Fallopius membuat uji coba sarung ini pada 1100 pria.
Namun sayang, kondom ini tidak efektif untuk mencegah kehamilan. Gabriello pun lantas menemukan ide, merendam kondom linen terlebih dulu ke dalam larutan pembunuh sperma sebelum digunakan. Karena penemuan ini, Gabriello Falopi pun dijuluki sebagai bapak kondom.
Namun disebutkan dalam sejarah, salah satu produsen kondom paling sukses justru lahir di USA. Di abad ke 17 atau sekitar tahun 1880-an, Julius Scmid, seorang pembuat sosis, yang tinggal di New York, mendapatkan ide menciptakan kondom dari limbah usus binatang. Hal ini diungkap Dr. Trina E.Read, seorang penulis, pelatih sex, ahli media, kolumnis majalah dan juga pembicara di forum internasional. Saat itu, kondom abad 17 berbentuk tebal karena masih dibuat dari usus binatang seperti ikan atau dari limbah membran hewan yang dikenal dengan "French Safes" atau "Male Safes"
Schmid lalu terus melakukan penyempurnaan, dengan mencipta kondom dari bahan dasar linen dan sutra. Kondom Schmid itu akhirnya diberi nama "Ramses", yang diambil dari nama penguasa Mesir yang terkenal produktif dan memiliki 100 anak. Namun prototipe awal kondom yang dikembangkan Schmid ternyata mengurangi kenikmatan seksual dan dianggap tidak manjur untuk mencegah penularan penyakit kelamin.
Belum jelas darimana kata "kondom" berasal. Diduga, kata kondom berasal dari sebuah kota bernama Condom yang terletak di provinsi Gascony, sebelah Barat Daya Perancis. Pria-pria di kota ini terkenal dengan sifatnya yang menyukai seks, kurang sabar dan gampang marah. Pada abad ke 18, Cassanova yang terkenal sebagai playboy legendaris, juga mengenalkan kondom. Namun pada saat itu, kondom yang dikenakan oleh Cassanova masih terbuat dari kain linen.
Disebutkan seorang dokter Inggris bergelar Pangeran, Dr Condom, di pertengahan tahun 1600 mula-mula mengenalkan corong untuk menutupi penis yang melindungi Charles II dari penularan penyakit kelamin. Sedang versi lain menyebutkan, kondom berasal dari bahasa latin, "condon" yang berarti wadah. Pendapat inilah yang akhirnya disepakati sebagai asal dari istilah kondom.
Beberapa bahan pernah dicoba untuk membuat kondom yang fleksibel dan tahan bocor. Awal mulanya kondom terbuat dari karet. Riwayat kondom karet ini diawali pada tahun 1839. Ketika itu Charles Goodyear menemukan cara vulkanisasi ban mobil. Pada tahun 1844, hak paten kondom berhasil didapat Charles Goodyear. Tahun 1894, Goodyear dan Hancock lalu mulai memproduksi kondom secara massal terbuat dari karet yang divulkanisasikan dengan membalikkan karet kasar ke elastisitas yang kuat.
Namun sayang, kondom di masa itu masih sangat mahal dan tebal. Penggunanya pun disarankan untuk mencucinya sebelum dan setelah berhubungan seksual. Bahkan kondom karet boleh dipakai sampai karetnya bocor atau pecah.
Tahun 1861, untuk pertama kalinya kondom akhirnya dipublikasikan di Amerika Serikat di surat kabar The New York Times. Sedang pemakaian secara luas kondom yang terbuat dari latex yang jauh lebih tipis dan steril diluncurkan pada tahun 1930-an. Diperoleh informasi, pada tahun 1935, sebanyak 1,5 juta kondom bahkan diproduksi setiap hari di Amerika Serikat.
Kondom latex didesain dalam bentuk lonjong dan diberi sentuhan efek menggelitik untuk kepuasan wanita. Kondom generasi ini sudah memiliki tudung atau penampung sperma sehingga sangat nyaman bagi pria dan aman untuk wanita. Kondom berbahan latex ini bertahan hingga tahun 1990-an. Menyusul, di tahun 1992, di Eropa diperkenalkan juga kondom untuk wanita yang lebih dikenal dengan nama "femidom".
Pada tahun 1994, kondom poliuretan diluncurkan di AS. Inilah kondom versi terakhir, dengan bahan lebih tipis dari latex. Tahan bocor serta memiliki pelumas. Meski kondom ini dianggap ideal untuk pria dan aman untuk wanita yang alergi terhadap latex karet alam, namun kondom poliuretan ini dianggap belum memberikan perlindungan yang sama dari infeksi dan kehamilan.
Di tahun 2008, penyempurnaan dari kondom poliuretan diluncurkan. Adalah kondom polyisoprene, yang sama efektifnya dengan lateks karet alam, membantu mengirimkan panas dan terasa lebih lembut di kulit. Inilah kondom SKYN polyisoprene yang produksinya lalu tumbuh begitu pesat di AS.
Kondom untuk anak-anak
Kondom terus meningkatkan kualitasnya dari masa ke masa dan diciptakan semakin tipis untuk memberikan rasa nyaman dan aman bagi penggunanya. Ketipisannya ini diharapkan mampu melindungi pengguna dari penyakit seksual menular dan mencegah kehamilan. Kondom pun kini hadir dalam ukuran yang beragam, sehingga pengguna dapat menemukan ukuran yang sesuai untuk mereka. Selain itu, mengurangi selip dan meningkatkan kenyamanan serta sensitivitas.
Harga kondom yang kini semakin terjangkau, pun semakin memudahkan pengguna untuk mendapatkannya. Tak terkecuali bagi anak-anak. Disebutkan sebuah hasil penelitian, anak-anak usia 12-14 tahun banyak yang melakukan hubungan seks, hingga pemerintah Swiss lalu memproduksi kondom untuk anak-anak.
Dari informasi yang diperoleh CyberNews dari Telegraph, diketahui penelitian ini dilakukan oleh Komisi Federal untuk Anak dan Pemuda, yang berhasil mewawancarai 1.480 orang berusia 10-20 tahun. Parahnya, dalam penelitian terungkap bahwa anak-anak berusia 12-14-tahun yang melakukan hubungan seks, meningkat drastis dibandingkan era 1990-an.
Pada tahap awal, pemerintah Swiss telah memproduksi 55.000 kemasan dengan satu kemasan berisi satu kondom kecil dan satu kondom berukuran normal. Selain dijual di toko-toko, kondom itu juga akan dijual secara online melalui internet. Wow!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberikan komentar di Blog Ini