JavaScript is required to view this page. 2012

Lowongan di Google



GOOGLE INDONESIA BUKA LOWONGAN KERJA


Lima posisi yang ditawarkan untuk berkantor di Google Indonesia pada divisi Advertising & Enterprise Sales, yaitu:


• Account Manager
• Agency Relationship Manager
• Head of Agency Relations
• Industry Manager, Travel/Finance
• Online Campaign Manager


Informasi detail soal lowongan kerja di Google Indonesia tersebut dapat dilihat dengan mengklik:

http://www.google.co.id/intl/en/jobs/index.html

Mari Gabung Di PPWI




Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak fasilitas internet menjadi bagian dari kehidupan masyarakat umum, banyak sekali bermunculan penulis berbakat. Mereka dengan sangat bersemangat menuangkan berbagai ide, buah pikiran, pengalaman, informasi, dan lain-lain dalam bentuk tulisan. Tidak sedikit di antara hasil karya mereka yang tergolong berkualitas tinggi dan perlu dibaca oleh orang lain. Namun sayangnya para penulis ini kurang mendapat perhatian dan bahkan tidak diakui oleh kalangan pekerja dan pengelola media massa profesional, yang pada akhirnya mereka harus puas menjadi bahan cibiran sebagai penulis amatiran dan termarginalkan oleh masyarakat pers mainstream.

Derita dan kekalutan para “penulis amatiran” tidak berakhir di situ saja. Mereka pun amat kesulitan untuk mendapatkan media yang mau mengakomodasi kebutuhan publikasi hasil karyanya. Beruntunglah, internet memberi berkah bagi semua orang dalam bentuk penyediaan wadah menulis bagi sesiapa saja yang ingin mengekspresikan segala kreativitas kemanusiaannya. Jadilah fenomena blogger melahirkan berjuta penulis blog menjadi pemandangan umum hari ini.

Pada perkembangan lebih lanjut, beberapa kalangan telah menginisiasi pembentukan media massa tanpa batas yang didedikasikan bagi siapa saja yang ingin menulis dan menyampaikan informasi atau berita yang dimilikinya untuk dipublikasikan pada media-media massa yang mereka bangun. Sebutlah beberapa media di Indonesia seperti koran online KabarIndonesia, halamansatu, panyingkul, dan lain-lain. Baru pada saat paling terakhir ini, beberapa media massa utama, seperti Kompas dan Republika mencoba memberi ruang bagi penulis pewarta warga untuk ikut berpartisipasi di media mereka, namun masih terbatas pada media online yang mereka kelola.

Pada sudut yang lain, keberadaan para “hobi nulis” tersebut kesulitan menjalankan aktivitas menulis karena terkendala oleh sumber informasi primer yang sulit diakses akibat ketiadaan wadah atau organisasi yang menaungi dan mendukung mereka. Kenyataannya, untuk bisa turut bergabung di salah satu persatuan profesional, para penulis non-profesional tersebut harus memenuhi berbagai macam persyaratan yang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh mereka yang tidak memiliki media tetap ataupun profesi sebagai reporter. Hal ini juga menyulitkan bagi setiap penulis untuk mendapatkan akses ke berbagai sumber, terutama yang bersifat protokoler, karena akan dianggap sebagai pengumpul informasi liar, dan lain sebagainya. Hal inilah yang medorong para penulis pewarta warga untuk mendirikan suatu organisasi yang dapat menampung semua penulis pewarta warga. Organisasi itu dinamakan Persatuan Pewarta Warga Indonesia, disingkat PPWI.

Yang dimaksud dengan Pewarta Warga (citizen reporter) di sini adalah mereka yang memiliki hobi menulis, baik untuk konsumsi media massa online dan offline, maupun menulis di blogger ataupun di milis. Pewarta warga juga dari kalangan mereka yang memberitakan informasi dan beritanya berbentuk berita foto, berita video/film, dan pemberi informasi via telepon ke stasiun radio dan televisi. Pada saat sekarang ini siapa saja bisa menjadi reporter tanpa harus memiliki latar belakang pendidikan jurnalisme atau apapun juga. Setiap pemilik blog ataupun setiap orang yang pernah menulis di milis, dapat dikategorikan sebagai citizen reporter.

Umumnya, pewarta warga menulis bukan untuk konsumsi media mainstream atau media utama seperti majalah, atau koran-koran lainnya, melainkan untuk sesama pembaca. Reporter-reporter orang biasa ini lebih dikenal dengan sebutan para Pewarta Warga atau Citizen Reporter. Mereka tidak terikat dengan/oleh media massa elektronik (online) ataupun media massa cetak tertentu. Dengan demikian, mereka bisa jauh lebih bebas mengungkapkan pendapat maupun pikiran mereka masing-masing.

Pemberitaan menggunakan system pewarta warga biasanya disebut Citizen Journalism (jurnalisme warga atau jurnailsme orang biasa). Citizen Journalism adalah jurnalisme akar rumput yang muncul dan tumbuh dari bawah ke atas, dari masyarakat di level bawah, dan bukan dari atas ke bawah. Citizen jurnalism ini dapat disebut juga sebagai jurnalisme advokasi, karena di sini setiap penulis dapat memberitakan atau menceritakan perjuangan mereka, misalnya memberitakan tentang pencemaran lingkungan hidup, mulai dari pembakaran hutan sampai dengan semburan lumpur panas. Mereka bisa menuturkan secara menyeluruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Bahkan, pola ini bukan sekedar dalam bentuk berita saja, mereka menghayati dan menjiwai apa yang mereka ceritakan, sebab hal itu adalah hasil pengamatan ataupun pengalaman mereka sendiri. Jadi bukan hanya sekedar berita yang tawar melainkan berita yang ditulis dengan penuh perasaan.

Berangkat dari gairah untuk berjuang dan bercerita inilah timbul jurnalisme orang biasa yang akhirnya menciptakan jutaan Pewarta Warga. Untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan para pewarta warga Indonesia, baik dalam maupun di luar negeri, didirikan Persatauan Pewarta Warga Indonesia, disingkat PPWI. Keistimewaan utama dari organisasi ini dibandingkan dengan organisasi wartawan professional adalah bahwa PPWI bersifat global, tanpa sekat batas-batas negara, umur, pendidikan, latar belakang ekonomi dan pekerjaan, dan lain-lain. Semua pewarta warga Indonesia di pelosok dunia mana pun dapat turut bergabung menjadi anggota.

Beberapa program yang menjadi perhatian PPWI antara lain sebagai berikut:

1. Penerbitan kartu anggota yang sekaligus berfungsi sebagai Citizen Reporter ID Card;
2. Mendorong dan mendukung aktivitas menulis setiap anggotanya dan masyarakat umum;
3. Mengadvokasi dan memberikan perlindungan bagi setiap anggota PPWI dalam setiap kegiatan jurnalisme warga yang dilaksanakannya;
4. Mengadakan pendidikan dan latihan jurnalisme warga secara berkala kepada anggotanya dan masyarakat umum;
5. Mengadakan kegiatan temu pewarta warga baik skala lokal, regional, nasional, maupun internasional;
6. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti penanggulangan bencana, perlindungan lingkungan, hutan dan satwa, peningkatan taraf kesehatan masyarakat, sunatan massal, dan lain-lain;
7. Informasi prospektif masa depan, seperti beasiswa dalam dan luar negeri dan lowongan kerja.

PPWI ini dideklarasikan oleh para pewarta warga pada tgl. 11 November 2007, bertempat di Aula SMA Regina Pacis, Slipi, Jakarta Barat. Sebagai Ketua Umum PPWI dijabat oleh Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA. Saat ini PPWI telah mendirikan beberapa cabang di beberapa negara, yakni di New Zealand, India, USA dan Belanda. Di dalam negeri, cabang PPWI segera akan dibuka di Jogyakarta, Medan, Pekanbaru, Subang, Kalimantan dan Sumatra Barat.Sumber: Humas PPW-Indonesia, Jakarta

Gabung kontak Nasrull 082151724511 atau isi kontak dibawah ini

STRATEGI MENUJU KOTA MADANI



Tulisan ini berjudul STRATEGI MENUJU KOTA MADANI - Analisis Visi Misi Kota Tapin oleh H. Aminuddin, S. Ag, M.AP

Prinsip-Prinsip Dasar Masyarakat Madani

Apa yang terjadi pada 14 abad yang lampau bukanlah suatu kebetulan bahwa wujud nyata masyarakat madani mulai dikenal dari hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah 13 tahun setelah Nabi Muhammad membangun landasan tauhid sebagai fondasi dasar masyarakat (Komunitas Mekkah) menuju ke Yastrib dan mengubah nama menjadi kota Madinah yang diambil kata Madaniyah yang berarti peradaban.

Perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah pada hakekatnya sebuah pernyataan niat atauproklamasi, yang berkehendak mendirikan dan membangun masyarakat yang berada sebagai tantangan terhadap masyarakat jahiliah (tidak berperadaban) di Mekkah. Dalam sejarah perjalanan Islam membangun sebuah peradaban ditandai dengan dua dokumen penting yaitu :

* Perjanjian yang disebut Mitsaq Al-Madinah atau Piagam M adinah yang berisi 50 keputusan bersama sebagai sebuah dokumen politik pertama dalam sejarah ummat manusia yang meletakkahn dasar-dasar pluralisme. Ini diakui oleh para ilmuan barat, Piagam Madinah adalah yang pertama lahir Law of chartet yang mengikat seluruh masyarakat pada masa itu, dipatuhi oleh semua elemin masyarakat dan bersifat universal. Mengatur peradaban manusia baik dibidang keberagamaan, maupun sosial kemasyarakatan.

* Piagam Aelia ( Mitsaq Aeliya) yang dibuat oleh Khalifah Umar dengan Patriak Yerussalem, Sophronius setelah kota suci 3 agama itu dibebaskan oleh kaum muslim .

Piagam Madinah dan Piagam Aelia dalam terminology politik adalah wujud konkrit dari terbentuknya Civil Sociaty. Dalam konteks ini, membentuk masyarakat madani adalah suatu cikal bakal penyaluran demokratisasi.

Masyarakat madani yang dibangun Nabi Muhammad dan dicontohkan oleh Umar Bin Khattab ini adalah cermin dari membangun sebuah kota demokratis yang mengharga pluralitas dengan prinsp-prinsip dasar seperti keadilan, supremasi hukum, egalitarianisasi dan toleransi.

Maka tidak berlebihan, jika sosiologi terkemuka Robert N. Bellah mengakui masyarakat Madinah dimasa Nabi adalah suatu masyarakat yang sangat modern dizamannya. Sayangnya, tatanan masyarakat ini hanya dapat diteladani oleh para sahabatnya ( Al-Khulafa’ al Rasyidin ) karena setelah masa itu bangun dasar masyarakat madani hancur dengan diterapkanya system geneologis ( Dinasti ) .

Kini masyarakat madani adalah tidak sekedar Imagined Sociaty tetapi suatu kebutuhan social yang memerlukan Graes Roat terhadap nilai-nilai madani yang dapat teraktualisasi secara nyata dalam masyarakat kota.
Arah dan Prospek Menuju Masyarakat Madani

Masyarakat madani merupakan sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang demokratis, pluralistis,transparan dan partisipatif dimana peran infra dan supra struktur berada dalam keseimbangan yang dinamis.

Berbagai perubahan –perubahan sosial-politik yang cukup signifikan terjadi oleh sementara orang dipandang sebagai pendorong proses demokratisasi dan perkembangan masyarakat madani namun, sebagian pendapat mengatakan prospek masyarakat madani dalam tahun-tahun mendatang kelihatannya belum serba pasti . Ada perkembangan tertentu yang menggembirakan kondusif , dan mendukung bagi pencipta masyarakat madani, tetapi pada saat yang sama ada juga perkembangan dan indikasi tertentu (social confliet) yang kurang menggembirakan yang pada gilirannya dapat menjadi Constraints bagi perkembangan masyarakat madani .

Bahkan terjadi pergeseran nilai-nilai sosial politik dalam tatanan masyarakat sebagai siklus perubahan di mana kita tengah berada pada titik memulai kembali pembentukan masyarakat madani dengan menyatukan kembali perbedaan-perbedaan menjadi sebuah pengakuan atas pruralitas yang stabil dan dinamis, yang didalamnya masyarakat madani yang memiliki ruang untuk bernapas dengan komitmen kemanusiaan dan keadilan.

Akan tetapi harus diakui, membangun sebuah masyarakat yang berperadaban, maju dan bermartabat dalam ikatan persamaan dan persaudaraan sejati memerlukan kerangka dan pendekatan yang lebih bersifat evolusioner dari pada revolusioner . Pada saat yang sama kerangka dan pendekatan ini secara implisir menawarkan ongkos sosial minimal sebaliknya pendekatan revolusioner dalam masyarakat madani, tidak saja akan meminta biaya social mahal, tetapi bahkan dapat menghancurkan ketertiban dan keteraturan masyarakat yang merupakan esensi masyarakat madani itu sendiri. Dari pemahaman tersebut diatas, arah dan prospek menuju masyarakat madani sangat membutuhkan waktu.

Niat baik pemerintah membangun masyarakat madani tidak cukup dan sulit terealisir jika masyarakat tidak mempersiapkan diri dengan matang dan sabar. Adalah mustahil untuk menegakkan sebuah pluralistis yang berakar dari kesamaan dan persaudaraan sejati jika penghormatan pada martabat dan nilai kemanusiaan masih jauh di depan mata.

Intinya membangun sebuah masyarakat madani memerlukan komitmen bersama semua pihak.

Strategi Menuju Masyarakat madani

Berawal dari arti dan pemahaman kata "Madani" yang merupakan strategi yang ditawarkan dalam membangunan masyarakat, maka kita mencoba menelaah kehidupan kota dari pandangan seorang Arsitektur John Eber- hand yang melihat kota secara biologis mewujudkan suatu system utuh terdiri atas dua sub sistem, yaitu City’s Hardware dan City’s Software (jasmani kota dan rohani kota).

Kota dipandang sebagai jasad yang hidup dimana suatu jaringan organisme untuk kedua sub sistem (jasmani/rohani) memiliki ketergantungan yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Gejala metabolisme (pencernaan), kandiovaskuler (peredaran darah.) merumus (persyaratan) merumus (petualangan) merupakan sub sistem "jasmani kota" yang sehari-harinya memfungsikan jaringan yang menjamin pemenuhan kebutuhan secara fisik.

Maka kota yang sehat "hard ware"nya juga memerlukan keseimbangan "soft ware" atau rohani kota yang mencakup berbagai aspirasi kehidupan kota secara ekonomis, politik, administrasi, edukatif, social, kultual dan religius karena rohani kota dan jasmani kota bertalian sangat erat . Ciri-ciri positif yang dikejar kita semua dalam menyusun strategi sebuah kota mendambakan kota yang sehat jasmani dan rohani . Visi biologis dari John Eberhand ini dalam bukunya Technology for the City (New york, 1966) menjamin dimanakah keseimbangan kota secara multidimensional.

Pandangan terhadap kota sebagai organisme atau jasad hidup dengan proses keutuhan dan keseimbangan City’s hard ware dan City soft ware sebagaimana diungkapkan diatas, maka lebih diperkaya dan dipertajam dengan pengamatan dan kecenderungan penyusunan ruang kota guna menangkal kemungkinan hilangnya potensi prilaku (budaya) sebagai jati diri.

Kita sadar sudah terlalu lama bidang perencanaan kota didominasi dan dilihat dari aspek fisik dan keruanagn seperti untuk ukuran dan besar kota, jalan-jalan, kepadatan dan stuktur sosialnya sementara kebijakan yang diambil kurang berdaya untuk memecahkan masalah yang lebih mendasar yang menjadi "jiwa" dari kota itu berkembang.

Bila kita menenguk pada sejarah kota Tapin, Kota Bastari yang pertama kali dipimpin oleh seorang kepala daerah Kolonel Infanteri (purnawirawan) H. Muhammad Noor, putra daerah Tapin, yang selanjutnya dipimpin oleh H.Noripansyah, H.Said Alwi, H.Ahmad Maki, BA, H.Knakh Nur Adji, SH, dan yang sekarang Drs. H.Nurdin Khalidi, M.AP maka kota Tapin yang dijuluki Kota Bastari hampir selalu merupakan pergelaran seni social yang terbentuk dari berbagai rencana ragam perorangan, masyarakat dan kelembagaan. Semua luluh jadi satu. Keterlibatan aktif segenap pihak termasuk penghuni kota akan membuahkan hasil penampilan kota unik, berpribadi dan mengesahkan sesuai visi dan misi kota ini. Penampilan yang saya maksudkan tidak sekedar dalam konotasi keindahan fisual belaka, melainkan menyentuh juga kesejahteraan ekonomi dan kegairahan budaya nya yang Islami, maraknya kelompok-kelompok Maulid Khabsyi yang bernuansa budaya Islami.

Dengan demikian, sesuai dengan Visi dan Misi saya Membangun Kota ini (Tapin ) ; strategi perkembangan Kota Tapin ke depan yang nantinya tertuang dalam tata ruang kota dengan berbagai hierarki yang terwujud dalam bentuk peta-peta alokasi spasial dari aneka kegiatan masyarakatnya pada akhirnya harus dilandasi dengan analisa social ekonomi dan budaya yang tajam dan terarah. Beberapa factor yang menjadi pertimbangan bagi kita semua dalam menterjemahkan "Visi dan Misi" kota ini ke depan sebagai strategi dasar menuju masyarakat maju dan bermartabat sebagai pemaknaan masyarakat yang madani.

Mengamati perkembangan global, karakter kota Tapin, kultur masyarakat dengan sejumlah permasalahan pokok dan actual maka dirumuskan "Visi dan Misi membangun Kota Tapin " sebagai berikut:


* V I S I : Menjadikan Tapin sebagai kota budaya menuju masyarakat madani .

* M I S I : Membangun Tapin menuju Kota Budaya Kota Agro Wisata dan Kota yang ditunjang berbasis pedesaan yang agraris.

Membangun kota budaya , bukan sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan indifidu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan. .

Sedangkan "Masyarakat Madani" yang diidamkan bukan semata-mata milik suatu komunitas tertentu, tetapi itu merupakan pemaknaan dari sebuah pemahaman tentang "civil society". Terbangunnya "kota budaya" dengan nilai-nilai interensiknya akan merupakan jalan lapang menuju "masyarakat madani" yaitu masyarakat berperadaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang demokratis dan masyarakat sejahtera yang cinta damai.

Strategi program pembangunan Tapin sebagai kota Budaya diarahkan upaya mengintegrasikan pembangunan fisik dan non fisik yang mengakar pada nilai dan keagamaan serta tradisi dan budaya masyarakat.

Strategi program –strategi program pembangunan kota Agrowisat dan wisata diarahkan pada upaya untuk lebih meningkatkan produktifitas perkebunan dan pertanian , sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan penyediaan lahan perkotaaan dan penyiapan infra struktur yang menunjang dibidang pertanian dan perkebunan yang memadai.

Strategi Program pembangunan dengan keseimbangan pembangunan kota dan desa diarahkan pada upaya meningkatkan dan mengimbangkan kota Tapin dalam suatu sistem wilayah yang berbasis pedesaan melalui peningkatan infra struktur perkotaan dan desa, sumber daya alam, sumber daya manusia dalam kerangka pengembangan ekonomi rakyat .

Penutup

Demikianlah materi yang dapat saya sampaikan dalam forum konversi Partai Golkar melalui penjaringan aspirasi masyarakat Tapin dalam pemenuhan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah Tapin, menyosong PEMILU TAPIN tahun 2012 ini semoga dapat menyatukan persepsi kita dalam upaya mewujudkan pembentukan menuju masyarakat Madani disertai beberapa strategi pembangunan visi Kota Tapin ke depan untuk membangun Tapin sebagai Kota Budaya , Kota Perdagangan, Kota agraris yang sejahtera dan diRidhai Allah SWT.

The best President for the United States



Reflections of Fidel
The best President for the
United States
(Taken from CubaDebate)

A well known European agency transmitted the news the day before yesterday from
Sydney, Australia. "A group of Australian investigators from the University of
New South Wales announced the creation of a wire 10,000 times thinner than a
human hair, with the same electrical current carrying capability of copper."

"... Bent Weber, head of the project at the Australian university, in an article
published by Science magazine, explained, "Interconnecting wiring of this scale
will be vital for the development of future atomic-scale electronic circuits."

"The wire was created by Australian and U.S. physicists by precisely placing
chains of phosphorus atoms within a silicon crystal, just four atoms wide, one
atom tall.

"This finding is essential to the international race to develop the first
quantum computer, super-fast machines capable of processing enormous quantities
of data in a few seconds, doing complex calculations which would take current
computers years or even decades.

"In a traditional copper wire, electricity flows as copper electrons move along
the conductor, but as the wire or conductor becomes smaller, resistance to the
flow of electricity is greater.

"To overcome this problem Weber and his team used a process called scanning
tunneling microscopy which allowed them to place atomically thin layers of
phosphorus in silicon crystals.


"This allowed the nanowire to function like copper, with the electrons flowing
easily, without resistance problems. Weber said that with this technique makes
possible reducing the size of components to the atomic level.

"If the semi-conductor industry continues to miniaturise devices then eventually
they will reach the atomic scale," observed Michelle Simmons, director of the
research project

These unabated technological advances which should serve humanityĆ¢€™s well-being
reminded me of what I had just written four days ago about global warming and
the increasing development of shale gas, in a world which in 200 years has
consumed fossil energy produced over a period of four billion years.

I imagined Obama, very articulate with words, for whom, in his desperate attempt
to be reelected, the dreams of [Martin] Luther King are more light years away
than the closest inhabitable planet.

Even worse: any one of the Republican Congress members considering the
Presidency or any man or woman leading the Tea Party are carrying more nuclear
weapons on their shoulders than ideas about peace in their heads.

Imagine, readers, for one minute, this powerful quantum computer cable of
processing an infinite number of times the data processed by modern computers.

Is it not, perhaps, obvious that worst of all is the absence in the White House
of a robot capable of governing the United States and preventing a war which
would put an end to human life?

I am sure that 90% of U.S. citizens registered, especially Latinos, Blacks and a
growing number of those in the middle class, the impoverished, would vote for
the robot.



Fidel Castro Ruz
January 8, 2012
6:18 p.m.