apahabar.com.RANTAU,- Pengajar guru mengaji Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Ar-Rahman Di Jalan Sidodadi Desa Shabah Kecamatan Bungur nyaris dari mulai dirinya mengajar hingga kini belum pernah mendapatkan tunjangan insentif dari Pemerintah Kabupaten Tapin yang miliki visi Tapin Mandiri Sejahtera dan Agamis. Pendidikan keagamaan dianaktirikan diduga karena Kepala Desanya tidak pro masyarakat lokal, lebih cenderung memihak warga pendatang yang populasinya lebih banyak ketimbang warga lokal.
Salah satu pengajar non PNS di TPA Ar-Rahman Desa Shabah, Ibu Hamidah mengatakan jumlah pengajar di TPA ini ada 3 orang dengan jumlah santri mencapai 60 orang.”Hari-hari kami mengurus santri yang menimba ilmu di TPA ini, dengan jadwal dalam seminggu lima kali. Kamis dan Minggu saja libur,”katanya kepada apahabar.com. Sabtu (30/3).
Ditanyai terkait pernah tidak menerima insentif dari pemerintah daerah, dikatakannya,”Belum pernah, dan itupun berkat masyarakat Desa Shabah secara swadaya mengumpulkan iuran untuk keperluan kami dalam aktivitas belajar mengajar di TPA ini,”katanya.
“Ini karena tidak ada perhatian lalu dari kepala desa untuk membina TPA yang ada di desanya terus berkembang maju.Kadesnya sibuk tambang aja bukan ke warga,”katanya.
Dan Ini patut menjadi perhatian pemerintah terutama kepala desa.Terbukti kendati insentif mereka macet, namun aktifitas mereka dalam mencurahkan waktu, tenaga, dan ilmu untuk anak-anak didiknya tetap berjalan sebagaimana biasanya yang tetap menjaga mentalitas mandiri, dan sebagian besar dari mereka adalah warga Tapin yang memiliki dedikasi tinggi dan rata-rata hidup dalam kesederhanaan, termasuk juga dalam menopang bergeraknya lembaga pendidikan keagamaannya ada yang dari harta pribadi , ditambah bantuan hibah sekedarnya dari para dermawan yang perduli.
Ternyata tak hanya alokasi APBD saja selama ini lebih banyak berpihak pada lembaga pendidikan umum. Turut serta APBD Desa yang semestinya mensejahterakan warganya secara merata namun ini tidak.Padahal, dari segi kompetensi santri alumni pesantren jauh lebih siap terjun ke masyarakat. Minimnya dukungan anggaran sangat berpengaruh akan kelangsungan pesantren dan Tk Al-qur’an di daerah ini. Semangat para pengajar bisa menurun, dan lebih memilih berwirausaha di luar. Pesantren dan Tk-Al-qur’an kian tidak menarik. Sehingga jumlah santri pun bisa dapat menurun.
Seperti acara Khataman Massal Al-Qur’an 28 Maret 2019 kemarin di Masjid Manba’ul Huda Desa Salam Babaris di ikuti sebanyak 3.103 anak, tentunya ini tak terlepas dari pendidikan agama yang memiliki andil besar dalam membentuk karakter anak bangsa. Bayangkan jika pendidikan agama tidak ada yang memperhatikan, tentu masa depan anak bangsa akan hilang moral. Juga tak sebanyak itu yang mengikuti khataman al-qur’an.