JavaScript is required to view this page. Kebangsaan Digerogoti Korupsi dan Kemiskinan

Kebangsaan Digerogoti Korupsi dan Kemiskinan



Kiriman Berthy B Rahawarin

KI, Kesadaran kebangsaan Indonesia tidak boleh digerogoti oleh persoalah-persoalan yang tidak boleh kita biarkan terus terjadi, seperti korupsi atau kemelaratan. Hal itu dikemukakan Prof. DR. Franz von Magnis-Suseno di salah satu stasiun teve swasta nasional, Minggu pagi (29/8).

"Seorang koruptor, dia tidak pernah akan memikirkan kebangsaan atau kepentingan Negara. Ia akan terus-menerus hanya memikirkan bagaimana ia terus menggemukkan kantongnya, memikirkan perutnya sendiri dengan menempuh cara korupsi. Korupsi bertentangan dengan kesadaran kebangsaan dan kebersamaan dalam Negara," demkian beliau mengatakan.

"Sebaliknya, kita mesti ingat, bahwa 40 hingga 50 persen warga negara bangsa Indonesia masih terus bergumul bagaimana mereka harus bisa mengisi perutnya. Keadaan kemiskinan dan ketidak-berdayaan mendorong masyarakat yang lemah ekonomi tidak menghayati secara penuh semangat kebangsaan atau kewarganegaraan," lanjut pengajar Filsafat STF-Drijarkara, Jakarta, dan telah lama menjadi warga negara Indonesia itu.

"Setelah lebih dari satu dekade rejim Orde Baru disingkirkan, keadaan ekonomi rakyat tidak lebih baik. Bila orang hanya terus memikirkan perut, kapan mereka memiliki waktu untuk menghayati secara sungguh kesadaran kebangsaan?" tegasnya.

Ketegasan Pemimpin Bangsa

Magnis-Suseno kembali menekankan betapa pentingnya Pemimpin Bangsa atau Pemerintah sekarang tentang betapa pentingnya ketegasan memberi arah ke mana Bangsa ini diarahkan. "Ketegasan Pemerintah diperlukan untuk menyatakan arah Bangsa ini. Rakyat tidak dibiarkan menduga-duga kemana dan apa yang harus mereka perbuat," hal ini sudah beberapa kali diungkapkan Magnis-Suseno ke media, dan ditegaskan kembali pagi ini.

Kesadaran sebagai bangsa Indonesia yang plural harus ditumbuh-kembangkan. Kesadaran ini juga tidak boleh mundur karena dengan menghargai keadaan pluralitas atau kepelbagian, bangsa ini menjadi lebih besar dan maju.

Dalam siaran TVRI beberap waktu lalu dosen Filsafat Universitas Indonesia Rocky Gerung menyampaikan pandangan yang kurang lebih sama tentang perlunya ketegasan seorang Pemimpin. "Bangsa ini sedang membutuhkan ketegasan seorang Pemimpin. Kita memubutuhkan seorang Leader, bukan seorang Dealer." (*)
Category:

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih sudah memberikan komentar di Blog Ini