BloggerTapin
RANTAU, Mengenal lebih dekat masjid Al Mukaromah yang dianggap warga masyarakat sebagai masjid keramat karena memiliki keistimewaan dan menyimpan jejak sejarah penyebaran agama Islam yang dibawa oleh seorang bergelar Datu Ujung atau Haji Mungani Salingnata yang sekitar tahun 1840 bersama masyarakat sekitar membangun masjid tersebut.
Masjid Al Mukaromah yang terletak di Desa Banua Halat Kiri, Kecamatan Tapin Utara berjarak sekitar 2 KM dari kota Rantau tepatnya dari Pasar Rantau. Konon masjid tersebut sampai saat ini masih menyimpan peninggalan masa lampau, kendati banyak bagian masjid yang dipugar, namun suasana dan struktur bangunan masih seperti bagunan dahulu. Diantara peninggalan Datu Ujung di masjid tersebut adalah sejumlah tiang utama masjid yang masih mengeluarkan minyak dan juga posisinya yang miring. Mungkin inilah ciri khas masjid yang berumur tua di kabupaten Tapin. Peninggalan massa lampau dari masjid ini turut dilestarikan Pemerintah Daerah setempat sebagai salah satu asset sejarah budaya yang ada di Kabupaten Tapin. Bahkan masjid Al Mukarammah ini menjadi salah satu tujuan wisata religius (penziarah) yang datang dari pelosok kota dan daerah.
Menurut penuturan kaum masjid Al Mukarammah Banua Halat Kiri, Abdilah, kepada Matabanua, “Tiang masjid yang miring dan mengeluarkan minyak tinggal satu buah, karena waktu itu masjid sempat dibakar oleh Belanda, kemudian masjid Al Mukarommah dibangun kembali dan tiang utama tersebut sampai saat ini masih berdiri dan terus mengeluarkan minyak, “katanya, Senin (15/8) pekan kemarin di Masjid Al Mukaromah.
Lebih lanjut, Kata Abdilah, Masjid Al Mukaromah Desa Banua Halat Kiri biasanya ramai didatangi pada hari minggu (liburan) dan juga pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Maulid, karena sudah tradisi setiap bulan Maulid di masjid ini diselenggarakan acara beayun. Sementara penziarah yang datang berasal dari berbagai pelosok di tanah air, seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, bahkan dari pulau jawa dan Negara Tetangga seperti Saudi Arabia dan Hadral Maut. “Memang jumlah penziarah membludak banyak pada bulan Maulid, sedangkan pada bulan puasa seperti sekarang para peziarah kurang dan sepi. Namun masih banyak warga sekitar yang melaksanakan sholat wajib dan tarawih, “katanya.
Dikatakannya, di samping mimbar terdapat air dalam kemasan botol aqua yang tersimpan rapi berjejer dan berlabel nama pemiliknya. Mereka inilah setiap hari jum’at meletakan air di masjid ini dengan niat agar terbebas dari penyakit yang dialaminya. Bahkan diantara pemilik botol tersebut ada yang berasal dari Samarinda. “Banyak penziarah datang ke masjid ini rata-rata mereka memiliki nazar (janji) dengan niat kalau sembuh dari penyakit yang dialaminya mereka akan melaksanakan ziarah ke masjid Al Mukarammah desa Banua Halat kiri, “katanya.
Masjid ini memiliki cerita aneh, di tahun 1935 datang seorang pengunjung bernama Zahra dari Balikpapan ke Masjid Keramat Banua Halat. Wanita bernama Zahra baru saja masuk ke masjid, tiba-tiba saja Zahra dirasuki Datu Ujung dan berkata, “Tolong bekas kedudukanku jangan diratakan, sebab itulah yang menjadi ciri khas masjid ini, “katanya.
Tak hanya itu, Datu Ujung juga berpesan jika ada seorang yang berziarah ke masjid ini, walaupun tidak bertemu dengan Datu namun setidaknya masih bisa melihat sebuah tiang kayu ulin masjid yang menjadi peninggalan yang diseramatkan sampai sekarang. Demikian sepenggal kisah Masjid kebanggaan dan tertua di Kabupaten Tapin.
Langganan:
Postingan (Atom)